Kamis, 31 Maret 2016

Naskah Drama

Kekuatan Persahabatan yang Mengalahkan Sihir
Pemain :
Ø  Putri sebagai  Prolog
Ø  Aditya sebagai  Raja Eumus
Ø  Tri Mally sebagai  Eneng
Ø  Darus sebagai  Raja Usep
Ø  Milda sebagai  Siti
Ø  Kamal sebagai  Mang Diman
Ø  Sela sebagai  Dewi Icih

Ada dua orang sahabat yaitu Eneng dan Siti. Mereka seorang pelajar di SMA Merdeka. Mereka merupakan sahabat yang tak terpisahkan, mereka selalu pergi bersama-sama. Suatu hari mereka baru pulang dari sekolah.
Siti                  : “Hari ini sangat melelahkan, habis olahraga langsung ulangan, Huft!”
Eneng              : “Iya sih, tadi olahraganya lari-lari gituh.”
Siti                  : “Heem, aku harus langsung mandi nih.”
Saat mereka sedang asik bincang-bincang, tiba-tiba saja orang misterius menabrak Eneng *duggss*.
Eneng              : “Aww, hati-hati dong!” (eneng pun terjatuh)
Siti                  : “Jalan pake mata dong!!!”
Raja Usep       : “Ma’af permisi saya buru-buru.” (jalan cepat, kotaknya jatuh)
Eneng              : “Apaan ini ?”
Siti                  : “Jangan di buka biarin aja disitu. Jangan-jangan hantu Di dalamnya.”
Eneng              : “Ha? masih percaya sama hantu ? lagian ini jam (melirik ke jam tangan) 1 siang... Para hantu belum waktunya keluyuran hahaha.”
Siti                  : “yadeeeh”
            Dengan rasa penuh penasaran Eneng dan Siti membuka kotak itu, dan munculah 2 cahaya, yang satu berwarna merah dan yang satu berwarna putih. Alicia masuk cahaya putih sedangkan Lavender masuk ke cahaya merah. Ternyata Alicia, di sebuah tempat misterius yang entah apa itu namanya. Tempat yang menyeramkan penuh dengan tongkat-tongkat kecil dan buku berjejeran rapi di rak-rak setinggi gunung jayawijaya. Seperti perpustakaan namun lebih mirip gudang.
Raja Eumus    : “Dia seorang manusia. Yees akhirnya dapat kekuatan.”
            Raja Eumus sedang mencoba sihir barunya, ia pun menghilangkan semua unsur manusianya pada Eneng. Sekarang Eneng tidak tahu apa-apa dan lupa akan kehidupan didunia. Lalu Eneng pun tersadar.
Eneng              : “Di… dimana aku ?”(sambil melihat-lihat)
Raja Eumus    : “Selamat Malam, Kamu ada di ruangan saya, kantor sekolah penyihir.”
Eneng               : “bagaimana aku bisa di sini ?”(sambil melihat-lihat)
Raja Eumus    : “kamu di temukan tersangkut di atas pohon di taman sekolah.”
Eneng               : “haa ???”
Raja Eumus    : “Iya, Kamu tak apa-apa?”
Eneng             : (menggelengkan kepala sambil kebingungan). “Dan siapa kamu?”
Raja Eumus               : “Perkenalkan namaku Eumeus Sunandar. Panggil saja Raja Eumus, karena saya yang Memimpin kerajaan sihir timur.”
Eneng              : “Apa, kerajaan sihir timur? Namaku Eneng.”
Raja Eumus    : “STOP WES EROH, sepertinya kamu sudah baikan, kalau begitu mari aku ajak jalan-jalan ke sekitar  Sekolahan”
Eneng dan Raja Eumus berjalan-jalan mengelilingi setiap ruangan demi ruangan di Sekolah Penyihir Abracadabra. Dan pada saat itu Eneng resmi menjadi murid di sekolah itu.  Sementara Siti terjebak di negeri penyihir juga. Namun berbeda kerajaan. Negeri Penyihir Barat yang dipimpin oleh seorang Raja Usep.
Raja Usep       : “siapa dia ? sepertinya bukan darah penyihir. Wooooy bangun (menggoyang-nggoyangkan tubuh Siti) bagaimana ini ?”
Mang Diman   : “Kita sudah dapat mangsa raja.”
Raja Usep       : “maksudmu ?”
Mang Diman   : “Ingat gak kata-kata Tn. Doleon untuk mengalahkan negri penyihir timur kita harus mendapatkankan energy dan energy itu berasal dari dia” (sambil menunjuk ke Siti)
Raja Usep       : “Biar ku cek apakah dia seorang manusia ? Ternyata benar. Segera beritahu Tn. Doleon. Segera beritahukan apa yang akan kita lakukan setelah ini.”
Dadang           : “kita cuci otaknya saja raja!”
Raja Usep       : “Cuci otak? Kamu kira ini pakaian dicuci-cuci!”
Mang Diman   : (menepak jidat) “Aduuuhh raja, maksudnya kita peralat dia menjadi energi yang kita butuhkan. Hilangkan semua jiwa manusianya.”
Raja Usep        : “Pintar juga kamu” (membaca mantra, Siti pun sadar)
Siti                  : “Dimana ini ? siapa kalian ?”
Raja Usep      : “kamu berada di Negri penyihir Barat, aku raja Usep yang memimpin kerajaan ini. Dan ini asistenku mang Diman.”
Siti                  : “ha ??” (mundur-mundur)
Raja Usep :  “Tenang kita tidak akan macam-macam padamu. Kita orang baik.”
            Hari berganti hari Eneng sudah bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan penyihir. Beberapa mantra sudah di hafalnya. Begitu juga Siti. Kepribadiannya berubah menjadi sangat kejam. Siti sekarang berbeda dengan dulu. Bahkan Siti tidak segan-segan membunuh orang yang menyakitinya. Dia sangat kuat, jiwanya sudah dirasuki oleh penyihir barat tidak ada lagi Siti yang baik. Sementara itu di kantor sekolah Abracadabra.
Raja Eumus    : (menggebrak meja) “Bagaimana ini ? bingung mikirin kayak gini terus bisa-bisa gak Ganteng lagi karena banyak yang sumpek.”
(Eneng mauk ke ruangan) *tok tok tok*
Raja Eumus     : “Masuk!”
Eneng               : “Ada apa raja memanggil saya ?”
Raja Eumus    : “aku sudah meneliti rapot mu dan memang kamu yang paling baik.”
Eneng               : “lalu apa hubungannya dengan saya dipanggil kesini ?”
Raja Eumus     : “duduk dulu, baca surat ini !”
Eneng              : “Dear para penyihir. Sudah lama kami tidak bertemu dengan kalian. Dan tentu Aku merindukan kalian. Haha.. kami sudah mendapat kekuatan dari Seorang manusia, lalu apa tanggapanmu? Sabtu malam minggu kami tunggu Di pintu pembatas bawa pasukanmu. Kita selesaikan masalah ini jam 8.”
                                                                                               With All Our Love
                                                                                            Kerajaan Penyihir Barat
Raja Eumus    : “Bagaimana ?”
Eneng              : “Ini dari Raja Usep, mengajak kita untuk berperang?”
Raja Eumus    : “Iya, apa tanggapanmu ?”
Eneng              : “Baiklah, besok kan sabtu malam minggu. Kita selesaikan bersama-sama raja.”
Raja Eumus     : “bagus, sebaiknya kita balas surat itu.”
2 jam kemudian surat itu sudah selesai. Raja Eumus mengirimkan surat itu lewat angsa terbang. Surat itu di tali dengan kaki angsa. Dan Angsa itupun terbang. 3 jam kemudian angsa itu sampai ke kerajaan penyihir barat.
Siti                  : “Raja, raja, kamu dimana ?
Raja Usep       : “Saya disini, ada apa ?”
Siti                  : “Aku mendapat kiriman surat, ini dari Kerajaan penyihir timur.”
Raja Usep        : “Mang Diman, kemari suratnya sudah dibalas” (Mang Diman datang, kemudian Siti, dan ratu membuka surat)
Siti & Raja Usep : “Apaaaaaaaaaaaaaaaaaa?”
Siti                   : “2 lawan 2?”
Mang Diman   : “Coba lihat (membuka surat) apaaa ???”
Siti & Raja Usep : “Telaaaaaaaat ”
Raja Usep      : “Segara laksanakan perang itu.”
Mang Diman   : “Untuk perang besok saya absen dulu raja.”
Raja Usep         : “Bukannya setiap perang kamu gak ikut ya ??”
Mang Diman    : “hehe...  saya ada keperluan lain”
Raja Usep        : “Sudahlah, ga ada alasan lain? Bilang aja takut. Sudah pergi sana.”
Mang Diman   : “iya raja” (pergi)
Raja Usep         : “Tapi sayangnya kotak Withces hilang.”
Siti                  : “Kotak apa itu ??”
Nymphadora : “Kotak energy kerajaan penyihir barat aku ingat, waktu aku bermain ke negri manusia aku menabrak 2 orang gadis. Mungkin tertinggal di dunia manusia.”
Siti                  : “Maksudmu, tunggu sebentar...  (beberapa detik kemudian) seperti ini?”
Raja Usep        : “Nah, akhirnya tidak hilang juga. Dapet dari mana ?”
Siti                   : (menggeleng)
Raja Usep       : “Jangan-jangan (menerawang Siti) benar. Ah sudah lah itu tidak penting.”
Tepat pukul 8 sabtu malam minggu mereka pun datang ke pintu pembelah tepat waktu. Ini lah pintu pembelah atau yang dinamakan pintu berlian, pintu yang memisahkan antara kerajaan penyihir barat dan kerajaan penyihir timur. Siapapun tidak dapat menembus pintu berlian ini, kecuali seorang manusia, dan sihir.
Raja Usep      : “Hahaha ternyata kau benar-benar datang. Aku akan segera membalaskan dendam rakyatku, aku akan mengalahkanmu”
            Pertarungan pun dimulai. Tidak ada yang bersedia mengalah, karena setiap kerajaan memang ingin dendamnya segera terbalas.
            Raja Eumus terhempas, energinya sudah mau habis. Dia tidak bisa berbuat apa-apa nasib kerajaan penyihir timur ada ditangan Eneng. Eneng yang tidak tega melihat Raja Eumus tergeletak tak berdaya tidak sadar telah menembus pintu Berlian. Saking marahnya Eneng tidak merasakan guncangan setelah menembus pintu berlian.
Eneng               : “Kurang ajaaaaaaaaaaaar, hiyaaaaaaaaa”
Raja Usep        : “Pintunya !! hiyaaaaaaaaaa. Sitiiii !” (Siti menyatukan kekuatan dengan raja)
            Karena perang ini 2 lawan 1 otomatis Eneng terhempas dan pingsan. kekuatannya tidak sekuat kekuatan Raja Eumus, tetapi ia jatuh dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Raja Usep        : “Sebentar lagi  aku yang jadi pemenangnya. Dendam rakyatku terbalas”
Siti                   : “Betul raja, sebaiknya kita habisi saja balon jelek ini.”
Raja Usep        : ”Yaaap. Sekarang giliranmu cepat bunuh dia.”
Siti               : (mengangguk, mulai membaca mantra)
Hampir saja Siti akan menghabisi Eneng. Eneng sahabatnya sendiri, Eneng terbangun. Wajahnya pucat pasi. Mata Eneng dan Siti bertautan. Siti pun terdiam seperti mengingat – ingat sesuatu. 
Raja Usep       : “Kenapa ? kenapa berhenti ?? bunuh saja tidak usah ragu-ragu! (Siti tetap terdiam)
Eneng              : “Bunuh saja aku ?? kenapa diam ??”
(Raja menghampiri Siti dan menariknya mundur dengan paksa)
Raja Usep        : “Biar aku saja.”
Siti                  : “Raja Usep, Ternyata kau pembohong.”
Raja Usep        : (berbalik) “Apa maksudmu ??”
Siti                   : “Kau kejam Usep, kau telah membuatku menyakiti sahabatku sendiri. Aku sadar, ternyata seorang raja telah mengajari rakyatnya menyakiti sahabatnya sendiri demi kepentingan tidak jelas ini! Apa ini yang namanya seorang Raja!”
Raja Usep        : “Siti, JAGA UCAPANMU !”
Siti                   : “Apa? Bunuh saja aku! Cepat lebih baik aku yang terluka dari pada sahabatku!”
Eneng pun juga ingat atas sahabatnya sendiri yaitu Siti.
Eneng              : “Kumohon jangan.”
Raja Usep       : (mengarahkan tongkat sihir ke arah Siti)
Tapi tiba-tiba tongkat Raja Usep jatuh tanpa sebab. Suasana menjadi mendung, kemudian cerah, begitu seterusnya. Ternyata Dewi dari seluruh kerajaan penyihir datang, dia adalah Dewi Icih.
Dewi Icih        : “Hentikan !”
Raja Usep & Siti : (hormat kepada dewi Icih)
Dewi Icih       : “Apa yang telah terjadi di kerajaan yang setelah bertahun-tahun hidup tentram dan Aman ini? Kalian telah melanggar janji (berjalan ke arah Eumus dan mengucapkan mantra untuk memulihkan kekuatan Eumus)
Raja Eumus    : (Raja Eumus tersadar) “Dewi Icih” (hormat)
Dewi Icih       : “Masih ingat akan perjanjian damai?”
(Semuanya pun terdiam)
Dewi Icih       : “Kalian telah melanggarnya. Tapi siapa dia dan dia ? (menunjuk ke arah Eneng dan Siti)
Raja Usep        : “Diaa…”
Siti                  : “Saya Siti dan ini sahabat saya Eneng, kami dari dunia manusia.”
Dewi Icih       : “Ha? Eumus segera pulihkan kekuatan gadis itu. (menunjuk Enenng)
Raja Usep       : (mengangguk)
(Eneng sadar, kemudian duduk badannya masih lemas)
Dewi Icih        : “Bagaimana ceritanya kalian berdua bisa ada disini ?”
Siti                   : “Dulu waktu pulang dari Sekolah Eneng ditabrak orang misterius, yang ternyata itu adalah raja Usep. Lalu kami menemukan kotak misterius juga. Penasaran dengan isi kotak itu aku membukanya, lalu ada 2 sinar muncul sinar merah dan putih. Setelah aku sadar ternyata aku sudah ada di kerajaan penyihir barat.”
Dewi Icih        : “Lalu, apa penyebab kalian perang ?”
Raja Eumus    : “Maafkan kami, kami tidak menepati janji. Kejadian ini ada penyebabnya kerajaan penyihir timur telah menghianati perjanjian damai yang telah disepakati.”
Dewi Icih        : “Maksudmu ?”
Raja Usep        : “Kami membuat perjanjian yang isinya, siapa saja yang telah membunuh salah satu anggota dari kerajaan ini, berarti telah berhianat dan pantas di beri hukuman !
Dewi Icih       : “Lalu ?”
Raja Usep       : “Tapi salah satu dari rakyat kerajaan penyihir Timur melanggarnya. Dia telah membunuh Sybill, pemimpin keamanan di kerajaan. Entah kekuatan sihir apa yang bisa melumpuhkan Sybill.”
Dewi Icih        : “Hanya gara-gara itu ?”
(Raja Usep dan Raja Eumus menganggu)
Raja Usep      : “Tidak, lalu kami berfikiran untuk membalaskan dendam kita.”
Dewi Icih       : “Apakah penyebab dari perang ini dia? (menunjuk Mang Diman yang bersembuyi dibalik semak-semak)
Raja Usep        : “Mang Diman ? Tidak mungkin”
Dewi Icih        : “Dia yang berniat untuk merusak 2 kerajaan ini. Dia ingin menjadi penguasa disini!”
            (Mang Diman berlari tapi di sihir oleh Dewi Icih)
Dewi Icih       : “Saya tidak menyangka, saya kira kerajaan kalian aman dan damai. Ternyata…(menggelengkan kepala) Dimana persahabatan antar kerajaan ini? Kalian tidak menyadari orang disekelilingmu juga bisa menyakitimu. Menghancurkanmu, kalian harus waspada. Sekarang aku Tanya, kapan dan untuk apa dibuat pintu berlian ini?”
Raja Usep        : “100 tahun yang lalu, agar pembantaian tidak terjadi.”
Dewi Icih       : “Ternyata kalian belum sadar juga. Semua makhluk diciptakan untuk saling mencintai bukan untuk saling menyakiti.”
Siti                  : “Juga untuk saling bersahabat. Berbagi bahagia satu sama lain”
Dewi Icih        : “Iya, Apa yang ada di benak kalian? Membalas bukan jaminan untuk bahagia! Tidak seperti ini caranya! Apa kalian tidak punya perasaan?”
Raja Usep        : “Maafkan saya Dewi!”
Dewi Icih        : “Jangan minta maaf kepada saya, minta maaf kepada Raja Eumus, dan ke dua gadis itu cepaat. Kau juga Eumus.”
            (saling meminta maaf)
Raja Usep      : “Maafkan saya Eumus, maafkan juga Siti dan Eneng atas perbuatanku”
Dewi Icih       : “Dan untuk Siti dan Eneng saya akan mengembalikan kalian kedunia manusia.”
Siti                  : “Terima kasih dewi Icih, mungkin kalau dewi pamona tidak datang saya dan Eneng tidak dapat kembali ke dunia manusia.”
Eneng              : “Saya juga. Sekarang saya sadar Membalas bukan jaminan  bahagia. Membalas bukan jaminan rasa puas. Saya mengerti arti bahagia yang sesungguhnya.”
Dewi Icih        : “Sama-sama.”
Raja Eumus    : “Terima kasih Dewi Icih, sekarang saya memutuskan untuk damai dengan negri Penyihir barat.”
Raja Usep       : “Saya juga.”
             Ternyata tatapan mata sahabat sejati mampu menyadarkan Eneng dan Siti. Serta kebaikan Dewi Icih, dewi seluruh kerajaan. Raja Eumus an Eneng kembali ke kerajaannya untuk mengumumkan kedamaian, begitu juga Raja Usep ddan Siti. Dewi Icih juga kembali ke kerajaannya. Sedangkan Mang Diman dia ditinggal tergeletak di semak-semak dekat bekas pintu berlian.
Keesokan Harinya di bekas pintu berlian.
Eneng              : “Maafkan kami Dewi Icih, Raja Usep dan Raja Eumus . Kami tidak bisa berlama-lama di negri ini, karena ada urusan tersendiri di dunia manusia.”
Dewi Icih       : “Saya mengerti.”
Siti                  : “Terima kasih atas semuanya. Nasihatnya dan pelajaran sihirnya.”
Raja Eumus    : “Sebagai kenang-kenangan. (memberikan mahkota) Sebagai tanda terima kasih sudah membantu semuanya. Dan mengajarkan persahabatan.”
Eneng & Siti   : “Terima kasih.”
Raja Usep        : “Kami tidak akan melupakan kalian.”
Dewi Icih        : “Mana kotaknya ?”
Raja Usep      : “Ini  dia.” (memberikan kotak Witches)
Dewi Icih        : (membaca mantra) “Kalian boleh buka kotak ini sekarang.”
Raja Usep       : “Jangan lupakan kami.”
Eneng & Siti   : “Kalau begitu selamat tinggal.”

            Eneng dan Siti kembali ke dunia mereka semula, yaitu dunia manusia. Sekarang Eneng lebih faham apa itu cinta dan kebahagiaan. Muka masamnya jarang ditampakkan yang ada senyum khas di bibirnya. Persahabatan adalah segala-galanya. Berbagi bahagia bersama sahabat. Dan Akhirnya, kedua negeri itu (negeri penyihir barat dan negeri penyihir timur) bersatu. Tidak ada pintu yang membatasi kedua negri tersebut, pintu itu hancur. Negeri itu damai, tentram, sentosa. Diliputi oleh kebahagiaan tersendiri.
Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar